Senin, 10 Agustus 2009

Ilustrasi yang Menghidupkan

Hari Minggu kemarin adalah ibadah pertamaku setelah 3 minggu berturut-turut tidak ke gereja. Sebenarnya saat itu badanku sedang sangat tidak fit, kepala pusing, perut sakit, dan badan rasanya sangat lemas. Tapi kalau aku tidak berangkat lagi, rasanya kok merasa berdosa sekali :)

Saat pujian penyembahan dinaikan aku sangat menikmati. Namun sayangnya, saat Firman mulai dibacakan, aku malah mulai merasa ngantuk dan lemas. Meski begitu, aku masih cukup mampu mencerna Firman yang sedang dibacakan, tapi harus kuakui, memang butuh konsentrasi ekstra. Saat itu, Pak Jo (panggilan akrab untuk pendeta kami) menyampaikan tentang Iman, yang diambil dari kitab Roma. Sebenarnya seminggu belakangan, aku memang sedang belajar dari Kitab Roma. Karena saat ini, banyak sekali pengajaran-pengajaran Kristen dan hal tersebut seringkali membuatku bingung. Aku ingin tau, "Seperti apa sih yang Tuhan sebut sebagai KEBENARAN." Kebetulan, ada masukan untuk aku mempelajari lebih dalam Kitab Roma. Aku belum bisa bahas tentang hal itu di sini, mungkin dilain kesempatan aku akan membahasnya.

Kembali ke Pak Jo, ia banyak berbicara tentang iman. Saat itu aku hanya mengamini, namun jujur harus kuakui bahwa yang disampaikan Pak Jo tidak terlalu merhema di hatiku. Justru saat detik-detik akhir dari penyampaian Firman, saat Pak Jo menyampaikan ilustrasi. Ilustrasinya seperti ini; "Di suatu desa tinggalah sebuah keluarga kecil, keluarga tersebut terdiri dari seorang ayah dan seorang anak (disitu tidak diceritakan tentang ibunya). Mereka mempunyai seekor kuda. Suatu hari kudanya hilang, kemudian datanglah tetangganya dan berkata kepada bapak itu; "Katanya TUHAN mu baik, tapi kok kudamu bisa hilang?" dan bapak itu menjawab;"Apapun yang terjadi, aku tau bahwa hal ini pasti akan mendatangkn kebaikan." Benar, selang beberapa hari ia mendapati kudanya kembali, malah-malah ia membawa seekor teman. Ternyata kudanya betina, dan ia membawa pejantannya untuk pulang ke kandangnya. Anak itu pun sangat bahagia. Suatu hari, ia menunggang kuda barunya itu untuk berkeliling kebun. Entah mengapa, kuda yang sedang dinaiki itu tiba-tiba saja tidak terkendali dan membuat anak itu terjatuh. Setelah diperiksakan ke Rumah sakit, dokter mengatakan bahwa kaki anak itu harus diamputasi. Kemudian diamputasilah kaki anak itu. Saat pulang ke rumah, datang kembali tetangganya dan berkata; "Ternyata, Tuhan mengembalikan kudamu hanya untuk membuat anakmu kehilangan kakinya." Bapak itu tidak bisa menjawab, ia hanya masuk kamar dan berdoa. Dalam doanya ia berseru; "Tuhan, aku mengucap syukur atas apa pun yang terjadi dalam kehidupanku. Aku percaya, apapun yang terjadi akan mendatangkan kebaikan." Selang beberapa waktu, terjadilah perang di negara tersebut, dan raja memerintahkan agar para prajurit mengambil setiap anak lelaki dari setiap keluarga untuk dijadikan sebagai prajurit perang, yang memenuhi syarat tentunya. Saat prajurit tersebut memasuki rumah bapak ini, ia tidak jadi mengambil anaknya sebab dianggap tidak memenuhi syarat karena kakinya buntung. Sedang keluarga di sekitarnya banyak yang bersedih karena anaknya diambil paksa, apalagi dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, anak yang diambil untuk dijadikan prajurit belum tentu bisa kembali. Disaat yang lain sedang merasakan kepedihan yang mendalam karena anak-anaknya diambil paksa, bapak ini justru bersukaria karena Tuhan mengambil kaki anaknya, sehingga saat ini anaknya masih bersamanya. " Begitulah kira-kira ilustrasi yang dibawakan oleh Pak Jo.

Saat itu tiba-tiba aku diingatkan tentang keluargaku. Sebenarnya, sekarang ini aku tidak sedang memikirkan apa-apa tentang keluargaku. Aku juga tidak sedang tertekan atau merasakan sesuatu yang menggangguku. Everything is ok. Tapi saat itu, aku diingatkan untuk lebih mensyukuri keluargaku. Meski aku lahir dari keluarga yang broken, yang seringkali dipandang sebelah mata oleh orang sekitar, dan cenderung dianggap berkepribadian kurang baik (tanpa bermaksud mengecilkan orang-orang yang berpandangan positif). Mungkin karena anak-anak yang dilahirkan dari keluarga broken cenderung lebih labil, jadi pantas saja mereka berpendapat seperti itu. Tapi apapun itu, hal tersebut bukanlah alasan untuk aku tidak mensyukurinya.

Pada kesempatan ini, imajinasiku seolah-olah dibawa untuk banyak mengingat dan berandai-andai :
1. Andai saat ini, keluargaku lengkap seperti keluarga yang lain, apakah aku akan merasa lebih bahagia?
2. Andai saat ini, ayahku berada di sisiku, apakah aku akan merasa lebih aman dan terlindungi dibanding sebelumnya?
3. Andai saat ini, ayahku bisa berkumpul kembali, apakah aku yakin bahwa keadaanku akan semakin lebih baik?
Dan ternyata, semua jawabannya adalah "TIDAK".

Belum tentu aku merasa bahagia bila ayahku kembali dan kita menjadi keluarga yang utuh, seperti yang saat ini sangat aku idam-idamkan. Bisa jadi aku malah merasa malu karena memiliki ayah seorang peminum, dan tukang judi. Belum tentu juga aku merasa lebih aman dan terlindungi saat ayahku ada bersamaku saat ini. Bila dia belum bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri, aku tidak yakin kalau dia dapat memberikan perlindungan dan rasa aman kepada anaknya. Karena lahirnya perlindungan kepada anak salah satunya karena adanya rasa tanggung jawab dari orang tua. Dari kedua hal di atas, membuatku semakin tidak yakin bahwa jika saat ini kita bisa berkumpul pasti akan membuat keadaanku menjadi lebih baik. Kemungkinan besar justru akan membuatku semakin terpuruk, karena setiap hari disuguhi tabiat yang tidak baik dari ayahku dan melihat mamaku yang tertekan karena melihat kelakuannya. Aku mengatakan hal ini bukan karena aku yakin bahwa dia tidak bisa berubah, semata-mata hanya ingin menjelaskan keadaannya saat ini saja. Tentulah, seorang anak pasti akan mendoakan yang terbaik untuk orang tuanya.

Bukan keluhan yang ingin kuutarakan disini, justru rasa syukur karena Tuhan sudah membukakan mataku untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Dan menyadari bahwa inilah keadaan terbaikku untuk saat ini.

Rasa rindu atau kangen adalah hal yang sangat lumrah dan manusiawi, yang membuat tidak lumrah adalah bila kita merasakan hal tersebut tanpa tau apa dan siapa yang sebenarnya kita rindukan, apakah seseorang ataukah suasana. Dan hal itu sering terjadi padaku. Kadang aku merasakan kangeeen sekali tanpa tau ditujukan kepada siapa. Aku pun berusaha untuk menelusuri siapa yang sebenarnya sedang kurindukan, tapi ternyata tidak kutemukan. Beberapa orang mengatakan; "Parah Juga ya". Aku pun hanya tersenyum mendengar celotehannya :).
Namun kemarin Minggu, sepertinya semua dibukakan. Saat aku tiba-tiba mengingat kejadian tersebut, aku seperti mendapatkan jawaban, sebenarnya siapa yang sedang kurindukan. Aku yakin kalian yang membaca dari awal pasti sudah mengetahui jawabannya. Benar, ia adalah ayahku. Untuk kebanyakan orang memang hal biasa, namun untukku merupakan sesuatu yang sangat aneh. Orang yang selama ini tidak pernah aku kenal, yang selama ini sudah menelantarkan aku, yang selama ini sudah melukaiku dengan sangat dalam, dan yang selama ini sudah aku anggap sebagai "Musuh"....ternyata malah dia yang kurindukan dengan sangat dalam :)... Saat itu aku menanyakan pada diriku sendiri, apakah benar kalau yang sedang kurindukan adalah ayahku? dan hatikupun seperti menjawab "Iya". Sungguh tidak bisa diterima oleh nalar. Bagaimana bisa????? Setelah berpikir keras, keesokan harinya aku baru mengerti. Secara lahiriah, aku memang belum pernah mengenal dia, namun saat aku menjadi bakal anak, aku sudah kenal dia. Hal itulah yang menciptakan rasa rindu, mungkin diantara kami. Dari situ aku jadi bisa mengerti, banyak hal yang bisa memisahkan antara orang tua dan anak, tapi apa pun hal tersebut, tidak akan pernah bisa memutuskan hubungan antara orang tua dan anak itu sendiri.

Tuhan adalah penyelidik hati yang paling teliti, tidak ada satu hal pun yang dapat luput dari hadapan-NYA. Aku bersyukur pada Tuhan, atas apa pun yang terjadi dalam kehidupanku. Karena aku tau, apa pun yang aku alami pasti akan mendatangkan kebaikan.

Tuhan, Aku minta hati yang penuh dengan rasa syukur.








Tidak ada komentar:


ShoutMix chat widget